Sunday, April 5, 2009

.::Adab MenunTut ilMu::.

Menuntut ilmu adalah satu keharusan bagi semua muslimin dan ia merupakan fardhu kifayah. Terdapat banyak dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan orang yang mengajarkannya.Sebagai orang Islam, kita perlulah tahu Adab-adab dalam menuntut ilmu agar apa yang akan dipelajari kelak tidak sia-sia serta mendapat keberkatan.Antara adab tersebut ialah:
1.Ikhlas karena Allah.

Islam mengajar umatnya supaya memperbetulkan niat di dalam melakukan sesuatu perkara. Tidak kerana untuk mendapatkan penghargaan, kemewahan, pangkat, dan sebagainya tetapi hanya kerana untuk mendapatkan keredhaan Allah s.w.t. Rasulullah s.a.w telah memberi peringatan tentang hal ini dalam sabdanya e :

"Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah Taala sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau syurga pada hari kiamat".( HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu Majah)

Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau Doktor, misalnya ) bukan karena ingin mendapatkan dunia, tetapi karena sudah menjadi peraturan yang tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, segala ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan ilmu atau dalam mengajar. Niat ini - insya Allah - termasuk niat yang benar.

2.Untuk menghilangkan kebodohan yang ada pada dirinya serta orang lain.

Kedua pula ialah demi untuk menghilangkan kebodohan yang ada pada dirinya seterusnya dapat mengajarkannya pula kepada orang lain berdasarkan ilmu yang dimiliki. hal yang demikian, dapat mendatangkan banyak faedah kepada semua bukan sahaja kepada diri sendiri. Malahan, kita juga boleh membentuk sebuah keluarga yang berilmu serta mempunyai asas agama yang kukuh serta benar kelak.

Apakah disyaratkan untuk memberi manfaat pada orang lain itu kita duduk dimasjid dan mengadakan satu pengajian ataukah kita memberi mamfa'at pada orang lain dengan ilmu itu pada setiap saat? Jawaban yang benar adalah yang kedua; karena Rasulullah e bersabda :

"Sampaikanlah dariku walupun cuma satu ayat (HR: Bukhari)
Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.

3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at.

Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at. Keranaa kedudukan syari'at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak bererti apa-apa. Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari agama (bid'ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah s.a.w. Hal ini tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qor'an dan As-Sunnah.

4. Berlapang dada dalam menerima perbedaan pendapat.

Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan lapang dada selama perbezaan itu pada persoalaan ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalaan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbezaan pendapat di kalangan salaf. Berbeza dalam masalah ijtihad, perbezaan pendapat telah ada sejak zaman sahabat, bahkan pada masa Rasulullah s.a.w masih hidup. Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeza pandapat dengan kita.

5. Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

Termasuk adab yang terpenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah diperolehi, kerana amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak mahupun muamalah. Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata (pedang) tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).

6. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka.

Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama.

7. Mencari kebenaran dan sabar

Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan bukti bahwa hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian ) dari hadits tersebut. Dalam mencari kebenaran ini kita harus sabar, jangan tergesa-gasa, jangan cepat merasa bosan atau keluh kesah. Jangan sampai kita mempelajari satu pelajaran setengah-setengah, belajar satu kitab sebentar lalu ganti lagi dengan kitab yang lain. Kalau seperti itu kita tidak akan mendapatkan apa dari yang kita tuntut. Di samping itu, mencari kebenaran dalam ilmu sangat penting karena sesungguhnya pembawa berita terkadang punya maksud yang tidak benar, atau barangkali dia tidak bermaksud jahat namun dia keliru dalam memahami sebuah dalil.Wallahu 'Alam.


Dikutip dari " Kitabul ilmi" Syaikh Muhammad bin Shalih Al'Utsaimin
.(Abu Luthfi)

SeNYuM SoKMo!!

Assalamualaikum w.b.t!!

Hari-hari yang ku lalui semakin mendebarkan.Esok bersamaan dengan hari Isnin (6hb April'09) merupakan 1st day pelajar-pelajar Diploma Pendidikan Lepasan Ijazah menempuhi peperiksaan akhir. Dengan Persediaan yang belum cukup, membuatkan kami semua merasa takut untuk menempuhinya. Jika aku mempunyai kuasa, akanku putar masa yang lalu agar dapatku elakkan daripada hal yang sama berulang. Namun apakan daya, daku cuma insan biasa yang hanya layak mengabdikan diri kepada Yang Esa, Tuhan sekalian alam. Perjalanan hidup ini akan tetap berlaku seadanya..Senyumlah wahai saudara-saudaraku!! Ayuh kita bangkit dari segala keresahan yang melanda jiwa. Hidup perlu diteruskan...InsyaAllah..kita akan beat the best di dalam Final Exam ini. Cayok cayok buat semua.

Senyum Sokmo deh....

Saturday, April 4, 2009

Adab membaca al-Quran

Adab membaca al-Quran
Susunan Hashim Ahmad

WAJIB bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan al-Quran dan mengharamkan apa yang diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlak terhadapnya.

Ketika membaca al-Quran, seorang Muslim perlu memperhatikan adab berikut untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membacanya.

- Membacanya dalam keadaan sempurna, suci daripada najis dan dengan duduk yang sopan dan tenang. Dianjurkan agar pembaca berada dalam keadaan suci.

Imam Haromain berkata: Orang yang membaca al-Quran dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh akan tetapi dia meninggalkan sesuatu utama.

- Membacanya dengan perlahan (tartil) dan tidak cepat agar dapat menghayati ayat yang dibaca.

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Siapa saja yang membaca al-Quran (khatam) kurang dari tiga hari, bererti dia tidak memahami.” (Hadis Riwayat: Ahmad dan penyusun Kitab Sunan)

Sebahagian kelompok daripada generasi pertama membenci pengkhataman al-Quran sehari semalam berdasarkan hadis di atas. Rasulullah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan al-Quran setiap satu minggu (tujuh hari) (Muttafaq Alaih). Ini dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Uthman bin Affan, Zaid bin Tsabit. Mereka mengkhatamkan al-Quran sekali dalam seminggu.

- Membaca al-Quran secara khusyuk dengan menangis kerana sentuhan pengaruh ayat yang dibaca yang menyentuh jiwa dan perasaan.

Dalam hal ini, Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Bacalah al-Quran dan menangislah, apabila kamu tidak menangis maka usahakan menangis kerana ayat yang engkau baca.” (Hadis Riwayat: Al-Bazzar)

Allah s.w.t juga menjelaskan sebahagian daripada sifat hamba-Nya yang soleh dengan firman-Nya yang bermaksud: “Dan mereka segera tunduk sujud itu sambil menangis, sedang Al-Quran menambahkan mereka khusyuk.”

(Surah Al-Isra’: Ayat 109)

- Membaguskan suara membacanya, sebagaimana sabda Rasulullah yang bermaksud: “Hiasilah al-Quran dengan suaramu.” (Hadis Riwayat: Ahmad, Ibnu Majah & Al-Hakim). Dalam hadis lain dijelaskan: “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan al-Quran.” (Hadis Riwayat: Al-Bukhari dan Muslim)

Maksud hadis di atas ialah membaca al-Quran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar daripada ketentuan kaedah Tajwid.

- Membaca al-Quran dimulai dengan isti’adzah. Allah berfirman yang bermaksud: “Dan bila kamu akan membaca al-Quran, maka mintalah perlindungan kepada Allah daripada (godaan-godaan) syaitan yang terkutuk.” (Surah An-Nahl: Ayat 98)

- Apabila ayat yang dibaca dimulai dari awal surah, selepas isti’adzah terus membaca Basmalah dan apabila tidak di awal surah cukup membaca isti’adzah. Khusus untuk surat At-Taubah, walaupun dibaca mulai awal surat tidak perlu membaca Basmalah. Cukup dengan membaca isti’adzah saja.

- Membaca al-Quran dengan berusaha mengetahui ertinya dan memahami inti daripada ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya. Firman Allah bermaksud: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran, ataukah hati mereka terkunci?” (Surah Muhammad: Ayat 24)

- Membaca al-Quran dengan tidak mengganggu orang sedang solat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara atau dalam hati secara khusyuk. Rasulullah bersabda bermaksud: “Orang yang terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca al-Quran, sama dengan orang yang terang-terangan dalam sedekah.” (Hadis Riwayat Tirmidzi, Nasa’i, dan Ahmad)

Dalam hadis lain dijelaskan: “Ingatlah bahawa setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu daripada kamu mengganggu yang lain, dan salah satu daripada kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (al-Qur'an).” (Hadis Riwayat: Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim)

Jangan jadikan ibadah yang kita lakukan sia-sia kerana kita tidak mengendahkan sunnah Rasulullah dalam melaksanakan ibadah membaca al-Quran.

Misalnya, membaca dengan suara keras pada larut malam, yang akhirnya mengganggu orang yang istirahat dan solat malam.

- Dengarlah bacaan al-Quran. Jika ada yang membaca al-Quran, maka dengarlah bacaannya itu dengan tenang. Allah berfirman yang bermaksud: “Dan tatkala dibacakan al-Quran, maka dengarlah dan diamlah, semoga kamu diberi rahmat.” (Surah Al-A’raaf: Ayat 204)

- Membaca dengan saling bergantian. Membaca al-Quran, boleh dilakukan secara bergantian dan yang mendengarnya haruslah dengan khusyuk dan tenang. Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah Allah, mereka membaca al-Quran dan saling mempelajarinya kecuali akan turun atas mereka ketenangan dan mereka diliputi oleh rahmat (Allah), malaikat menyertai mereka, dan Allah membanggakan mereka di kalangan (malaikat) yang ada di sisi-Nya.” (Hadis Riwayat: Abu Dawud)

- Melakukan sujud Tilawah (sujud Sajdah) pada saat selesai membaca ayat Sajdah, pada bila-bila masa saja, baik siang ataupun malam, jika pembacanya belum batal daripada wuduk. Tatacara pelaksanaannya dimulai daripada takbir, lalu sujud, kemudian membaca “Subhaana Rabbiyal A’laa”' (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi), lalu dilanjutkan dengan doa sujud Tilawah. Selepas itu bangkit daripada sujud tanpa takbir dan salam, kerana tidak ada riwayat daripada Nabi s.a.w mengenai hal itu, kecuali jika sujud Tilawah itu dilakukan di tengah-tengah pelaksanaan solat, maka ia bertakbir ketika sujud dan bangkit daripada sujud.

- Berdoa selepas membaca al-Quran. Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahawa sahabat apabila khatam membaca al-Quran, mereka berkumpul untuk berdoa dan mengucapkan: “Semoga rahmat turun atas selesainya membaca al-Quran.”

Sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a dijelaskan bahawa apabila dia sudah khatam membaca Al-Quran, dia mengumpulkan keluarganya dan berdoa. (Hadis Riwayat: Abu Dawud)

Setiap orang Islam wajib mengatur hidupnya sesuai dengan tuntutan al-Quran. Ia harus dipelihara kesucian dan kemuliaannya, serta dipelajari dan difahami ayat-ayatnya.

Pelaksanaan ini adalah sebagai tanda kita beriman kepada al-Quran

.::MuHaSaBaH DiRi::.

Salam” border=”0″>
Dapatkan Mesej Bergambar di Sini